17.40

dear God

Banyak yang berdiri, sujud, rukuk, serta beribadah, tapi tidak banyak yang cukup tahu untuk apa mereka berdiri, pada siapa mereka sujud, untuk siapa mereka rukuk, dan kenapa mereka beribadah.

Adalah hal yang sensitif jika kita berbicara tentang tauhid. Karena sebagian orang berpendapat bahwa hal tersebut tidak boleh dibicarakan, diutarakan, apalagi diungkapkan. Kecuali anda sudah siap untuk dicap sebagai seorang yang syirik, murtad, bahkan kafir. Tak jarang nasib buruk seperti halnya yang menimpa syeh Siti Jenar akan kembali terulang pada orang-orang yang membicarakan topik ini.

Tapi benarkah demikian, benarkah tuhan tidak ingin kita mengetahuinya. Benarkah tuhan tidak sudi kita mengenalnya, atau mungkin kita yang terlalu bodoh dalam memaknai tanda-tanda yang diciptakannya.

Mungkin kita bisa bercermin dari sejarah, bagaimana gigihnya pencarian Ibrahim.As dalam mencari tuhan. Dia bertanya-tanya didalam hati, berusaha membaca tanda-tanda yang ada serta mengumpulkan bukti-bukti yang nyata, bukan karena dia percaya, tapi adalah lebih karena dia telah mencari, maka dia ditunjukkan. Maka dia mengenal. Sehingga keyakinannya bukan hanya karena perbuatannya. Melainkan adalah karena hatinya telah menemukan apa yang dicarinya. Hatinya meyakiniNya. Sehingga tingkah lakunya, tindak-tanduknya adalah semata-mata karena Dia. Bukan karena surga, neraka, pahala, apalagi dosa.

Atau seperti Musa.As yang jelas-jelas seorang yang shalih, yang tinggi keimanannya dibanding kita yang hanya manusia biasa, masih bermohon agar dipertemukan denganNya. Bukan karena dia belum yakin, melainkan adalah agar keyakinannya sampai pada tingkat yang lebih tinggi. Dari sekedar yakin, menjadi ainul yakin, kemudian hakkul yakin. Keyakinan yang benar-benar haq. Sehingga tiada sedikitpun keraguan dalam kalbunya.

Jadi masihkah kita harus membiarkan keyakinan kita berada dalam tingkatan yang sama seumur hidup. Apakah kita sudah merasa mengenal atau bahkan dekat denganNya hanya dengan ibadah, berbuat baik, dan berakhlak mulia.

JanjiNya surga memang diperuntukkan bagi orang-orang baik, beribadah, dan berakhlak mulia. Namun apakah surga merupakan tujuan akhir kita ?
Tidakkah pintu hati kita sedikit terketuk lebih mengenalNya ? Atau kita sudah terlalu sibuk dan puas dengan semua amal ibadah dan perbuatan baik yang kita lakukan. Sehingga tiada waktu terluang untuk berkenalan dan mengenal lebih dekat pada apa yang kita sembah.

0 komentar: