Memungut sisa api asmaramu di
telaga kalbu, adalah semangat membabu kasihku yg jengah.
Artimu rindu, seperti mengais
panas di teriknya rembulan, sembari melukis pelangi di malam hari.
Butuh lebih dari sekedar sepi
untuk menakhlukan kami.
Kami pernah sedekat itu,
melebihi jarak telinga dg matamu, yg tak mesti kau lihat ujud, hingga senyummu
teramat lekat pada apa yg kulihat, bahkan aromamu terlalu pekat pada udara yg
ku cecap, juga tekstur jangatmu yg hangat.
0 komentar:
Posting Komentar